Perceraian Ghoib



..Mbak, suami mbak Meida sudah mengajukan gugatan cerainya, kemarin kebetulan saya ketemu suami mbak dan beliau kemaren sudah memasuki sidang ke 4”
Meida terperangah…dalam ruangan kunjungan lapas yang terkesan penuh gelak tawa,peluk rindu kerabat,teman” dan keluarga.Meida beku….teriris dengan bara berita dari seorang pengacara keluarganya.
……….



Terbayang sebuah kehangatan keluarga…
Pagi – pagi yang ribut..mengurusi anak – anak sekolah serta mempersiapkan sarapan suami tercintanya.
“Tuhan…akankah aku  kehilangan itu,tepat disaat kehidupanku terpuruk,terkurung,dalam kesalahan yg aku tidak perbuat…?”
Bergemerincing Meida membatin….hanya membatin…telah terkunci mulutnya selama beberapa waktu ini…karena takdirnya yang menjadi orang kurungan,benarpun pasti akan dikatakan salah..lebih baik “DIAM”….”MENERIMA”..
Karena meida menyadari,haknya sebagai seorang napi hanya  “DIAM”
“kenapa saya tidak dikonfirmasi pak…? Bukankah dalam suatu sidang perceraian harus melewati mediasi bagi suami dan istri untuk membicarakan masalah mereka kepada hakim ketua..?”
“Entahlah……… mbak Meida setahu saya dalam sebuah sidang perceraian harus ada panggilan baik kepada istri atau suami dan melewati beberapa mediasi”
“tapi,kenapa ini kok suami saya sudah masuk sidang ke 4,yang saya tahu sidang ke 4 itu berarti surat panggilan untuk saya sudah datang tapi di abaikan,tapi saya tidak terima surat panggilan itu,suami saya tau saya disini,bahkan anak – anak saya kerap mengunjungi saya di lapas sini”
“itulah mbak kenapa kami datang,kami kira mbak Meida sudah tau masalah ini,kami justru terkejut…..sebagai pengacara keluarga yg diserahi kuasa oleh keluarga  untuk mengurus semua permasalahan mbak Meida selama mbak di lapas ini,kami punya hak menanyakannya dan bertanggung jawab kalau ada sesuatu yang menyalahi prosedur”
“selanjutnya saya harus bagaimana pak..?”
“kita buat surat kuasa lagi mbak,mbak kuasakan kami untuk urus perceraian mbak”
Sambil para pengacara mengeluarkan surat kuasa,seperti biasa…dan pasti dengan ubo rampe  [persyaratan] tawar menawar harga…
“lho bukankah tadi bapak bilang keluarga saya sudah memberi kuasa untuk semua urusan saya,berarti harga untuk itu sudah kalian sepakati dari ,orang tua dan kakak2 saya..?”
“kenapa bapak2 memberi harga lagi dengan saya..?”
Sedikit meninggi suara Meida…
“sudah berapa uang yang kalian terima selama ini untuk kasus – kasus pidana saya tapi hukuman saya pun tetap sama dari tuntutan jaksa,kalian tidak bela saya,kalian tidak berusaha mencari sebuah kebenaran tapi justru kalian kerja sama dengan hakim dan jaksa untuk peras keluarga kami’
Rutuk meida tertahan……
“ya karena memang begitu mbak prosedurnya kalau mbak Meida sepakat dengan harga para hakim dan jaksa baru hukuman bisa ringan”
“apalagi perceraian mbak ,kalau mbak Meida ga berani keluar uang ya mbak Meida tidak akan dapat apa – apa,seperti harta gono gini juga hak asuh anak,apa lagi posisi mbak Meida berada dalam tahanan Negara”
Berdenyut hati Meida…”saya tidak memikirkan soal harta,buat saya justru harta itu yang sudah menghancurkan kehidupan rumah tangga saya”
“tapi mbak,bagaimana dengan ke 3 anak mbak Meida,apa mbak ikhlas setelah mbak bebas nanti,mbak tidak bertemu mereka,karena hak asuh jatuh ketangan suami mbak..?”
….linglung..Meida…tidak tau apa yang harus dilakukannya..
Tapi untuk memberi uang lagi kepada pengacara, meida sudah tidak punya dana dan kepercayaan Meida untuk menguasakan perceraian ini kepada para pengacara sudah tidak ada  sedikitpun di hati Meida.
“sudahlah pak,biarkan berjalan apa adanya…,bukan saya tidak mau memperjuangkan anak – anak saya,tapi keadaan dan situasi ini yang bener – bener tidak bisa membuat saya melakukan apa – apa
Pasrah Meida..berusaha ikhlas dan hanya mampu merharap, sebelum Meida bebas perceraian itu belum mencapai tahap vonis,meida berharap,setelah bebas Meida bisa memperjuangkan hak asuh kepada ke 3 buah hatinya,tidak terpikir masalah harta atau apa pun…hanya anak – anak hanya itu yang di fikirkan
Meida….
Tepat  4 bulan setelah berita itu….
Pagi hari seperti biasa,meida keluar dari sel tahanannya untuk bersih – bersih blok wanita…
Disebuah tempat yang sangat asri,berbeda dari bayangan orang – orang awam tentang apa itu penjara…
Disudut halaman tumbuh pohon tomat yang sedang ranum – ranum,daun – daun gelombang cinta yang tumbuh hijau dan mengkilat…
Para napi wanita bergotong royong membersihkan dan memperindah blok mereka…seperti puri yang tertutup,dari media, dari mall,  pasar, juga dari para pria…
Tiba – tiba …
“Meida Larasati..!!!!”
Seorang sipir wanita memanggil namanya..
“ya bu…”
“di panggil bimaswat,pakai seragam..!!”
Seperti biasa para napi setiap meninggalkan blok harus mengenakan seragam khusus napi…
Meida bertanya-tanya dalam hati ,”ada apa nie di panggil bimaswat”
Dengan dikawal 2 sipir,meida melangkah pelan menuju bimaswat,kantor pengurusan pembebasan para napi.
Melewati blok – blok napi pria,sempat meida mendengar ledekan………
“selamat ya mbak PB nya goal,kalau dah bebas jangan lupain kita – kita ya mbak”
Meida tersenyum,senang dengan harapan para napi lelaki yang senasib dengan Meida.
“pasti mas,aku juga berdoa supaya kalian goal PB dan secepatnya pulang”
Sesampainya di ruang bimaswat,meida terkejut,kakak ipar meida ,yang selama ini sebagai wakil keluarga untuk mengurusi permohonan PB [pembebasan bersyarat] sudah ada disana….
“ada apa mas..????”
dengan gugup Meida menyalami iparnya,  maklumlah,Meida meninggalkan ibu yang sudah renta,anak – anak yang masih kecil,dan seperti umumnya orang – orang hukuman lainnya,mereka tidak akan tau kabar apapun tentang keluarganya secara langsung bila terjadi sesuatu,itulah kepedihan yg paling membelit jiwa sang terpidana.
Sejenak meida mengawasi situasi ruang bimaswat…penuh senyuman,penuh keramahan yang memanusiakan….
Tidak seperti biasanya,bukankah para petugas tidak sudi beramah – ramah dengan napi..?
Bahkan tak jarang mereka memandang sinis bahkan jijik kepada para napi,walau tidak semua sipir seperti itu..
Namun buat Meida,hal biasa melihat petugas yang merasa sesuci nabi…???
Situasi yang aneh…bahkan ada seorang sipir yang tiba – tiba mendatangi Meida,dengan hangat menyalami meida..cipika – cipiki…..
“gubraaaakkkkkkk…mimpi apa nie ada sipir mau cium pipi kanan kiri napi..?”
Bathin Meida…
“selamat ya mbak meida..PB nya sudah di ACC dirjen dan hari ini mbak Meida bebas”
“alhamdulilah….alhamdulilah..”
Segera sujud syukur meida lakukan,ya…seperti biasa syukur yang amat sangat akan di lakukan insan saat keinginan mereka terkabul….
Namun kalau tidak terkabul…hemmmm…entah masih ada tidak syukur itu..?

…………………………………………………………………………………………………………………………………………

Dengan kebahagiaan juga kesedihan, Meida berpamitan kepada semua teman – teman meida….
“…jaga dirimu baik – baik Meida,banyak – banyaklah menguatkan hati,karena hidup yang banyak ujian itu saat kita berada di dunia luar,dunia luar telah menunggu kita dengan semua permasalahannya,kita terpilih untuk menjadi orang yang belajar sabar”
Meida hanya mampu memeluki mereka satu – persatu….
“terimakasih kawan – kawan,doakan langit dan bumi berpihak padaku untuk mengembalikan anak – anak ku ke pangkuanku”
Perlahan tapi pasti…setelah ucap pisah itu, Meida keluar dari pintu yang telah menguncinya selama 2 tahun ini….
Dilewatinya,tempat dimana selama ini hanya tempat – tempat itu yg selalu bisa Meida saksikan….
Lorong berjeruji…
Pintu berjeruji…
Gembok sebesar besar kepalan tangan petinju….
Klinik kesehatan yang para petugasnya sinis bila napi mengatakan sakit….
Perlahan….dengan dijemput kakak iparnya,meida diantar menuju porter,pintu yang dulu 2 tahun yang lalu menyambutnya dengan kesan yang sangat mengerikan…..
Keluarlah Meida…ternganga..aspal,becak,taksi,tukang bakso…..motor,mobil..
“ah…ternyata masih sama seperti 2 tahun yang lalu,saat ku tinggalkan terisolasi disini”
“mas,kita langsung pulang kerumahku kan..?  aku mau mandi,mau beres – beres rumah,mau keloni anak – anak ku”
“engga dik,kita langsung ke bogor kerumah mama”
Terkejut Meida atas kata – kata kakak iparnya…..
“lho..mas aku kan tinggal disini,rumahku disini,anak – anak ku,suamiku disini”
“sudahlah dik,kuatkan hatimu…kamu sudah tidak miliki itu lagi sekarang…”
“sebulan setelah pengacara datang  memberi kabar tentang perceraianmu itu,perkara cerai sudah tuntas,dan sebulan yang lalu suamimu sudah menikah lagi..”
Deghhhhhh…………!!!!!!!!!!
“apa maksudnya ini mas..? kenapa aku tidak dikabari,aku harus ketemu suamiku,itu rumahku,itu anak ku…aku yang melahirkan dan membesarkan mereka,aku yang berjuang membangun rumah itu..tidak ada hak suamiku mengajak wanita lain masuk rumah itu,memakai barang barangku..aku tidak ikhlas mas..!!!!”
Meraung emosi Meida membanjir….
Suasana jalan raya yang ramai mendadak nyenyet..terbelah teriakan kekecewaan meida…jeritan kerinduan seorang ibu yang selama 2 tahun terendap melebam biru….
Tanpa memperdulikan,para pemakai jalan yang terhenti dengan teriakan dan adegan itu Meida terduduk bersimpuh…menengadahkan tangan kelangit…seolah memohon keajaiban atas semua penderitaannya…….
‘’Tuhanku….Tuhanku yang maha kuasa,yang maha kabir,yang  maha mengetahui……hamba manusia hina dina yang penuh dosa dan tak mampu bersyukur…hamba tak pantas meminta ya Tuhan,namun tolong kuatkan hati hamba Tuhan…”
“Tuhan…beginikah balasan atas pengorbananku kepada suamiku..?…aku rindu anak ku,aku rindu rumahku…tuhan dulu sempat aku minta lupakan aku jalan pulang…karena rindu ku terkurung jeruji ketidak adilan….tapi kini Tuhan…tuntun aku pulang ke hati anak – anak ku…aku ingin memeluk mereka,aku ingin katakan….
“anak – anak ku ,ibu sudah pulang nak…ibu akan masakkan kalian lagi…ibu akan antar kalian sekolah lagi…”
Lama Meida terisak..tergugu menangisi kecewanya…meratapi lukanya…..
Sesaat kemudian saat meida tersadar bahwa apa yang dia lakukan telah menganggu para pemakai jalan…
Entah..entah kekuatan apa yang tuhan berikan…tiba – tiba Meida bangkit….
Dan keadaan jalan raya kembali normal..raungan knalpot tlah memberi polusinya kembali….
“oke mas,mari kita langsung ke bogor,tapi bisakah barang sebentar saja mas bawakan anak – anak temui aku..tolonglah mas,aku hanya ingin pamitan kepada anak – anak,juga agar mereka tau ibunya sudah bebas”
“baiklah mas coba ya,sementara kamu dirumah teman mas dulu”

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

Dan….pertemuan itu sangat menggiriskan….ke 3 anak – anak Meida ‘’’
“horeeeeee..ibu udah bebas”si bungsu 3 tahun tepuk – tepuk tangan…
“alhamdulilah ibu sudah bebas”ujar sulung Meida pelan….
“ibu mau kemana..? ibu ga bisa pulang sekarang kerumah,dirumah sudah ada ibu baru,tidur dikamar ibu”
Meida berusaha tegar…..
“untuk sementara ibu kerumah nenek dulu di bogor,ibu tinggal kalian lagi dulu,nanti kalau semua sudah normal,ibu jemput kalian ya…”
Mereka diam..3 anak – anak tanpa dosa itu hanya membisu…mengertikah..? atau itu kata – kata “menunggu” pelukan ibu lagi..?
“kenapa tidak sekarang aja bu kami ikut..?”
“iya bu,kami ingin sama ibu..”
Rengek si kecil…..
Meida tergugu……didekapnya ketiga anak – anaknya……
Dielusnya dalam doanya saat itu….Tuhan dengan caramu berilah anak – anakku kekuatan…..
“haruskah aku jelaskan jika aku ambil mereka,bapak mereka tidak mengijinkan..bahkan bisa kembali laporkan aku,dengan kasus penculikan,dan aku akan masuk penjara lagi…? Karena dalam perceraian itu,hak asuh anak jatuh ketangan suamiku,karena kondisiku yang terpenjara secara sah aku tidak memiliki hak asuh kepada mereka,haruskah aku jelaskan hal ini kepada mereka..?”
Apakah mereka akan faham,dengan kondisi ini…????
Berkecamuk sesak yang menabiri ruang hampa hati meida….
“sudahlah dik Mei,biar mas yang menjelaskan ke anak – anak,dan mas antar pulang mereka sebelum bapak mereka pulang,nanti malah jadi masalah baru”meida mencoba memahami kekhawatiran kakak iparnya…
“anak – anak ku..kalian pulang kerumah,jaga bapak baik – baik ya…saling menyayangi,anggaplah istri baru bapakmu juga ibu kalian,hormati dan sayangi beliau”
Ikhlas Meida berkata terbata…itulah awal pertemuan setelah kurungan 2 tahun Meida kepada anak – anaknya…
Dan itu juga terakhir Meida bisa bertemu anak – anaknya…

………………………………………………………………………………………………………………………….

Meida telah pulang..tapi tidak ditempat yang dirindukannya…Meida hanya mampu menitikkan air mata saat kereta api malam membawanya ke bogor,diiringi hujan kotanya…semakin membuat perih hati meida.
3 bulan sudah Meida bebas…
“mama … Meida mau ke semarang, Meida ingin temui anak – anak Meida dan ingin tau bagaimana status Meida,karena sampai saat ini meida belum menerima akte cerai itu”
Hati – hati…
Meida berusaha meminta ijin bundanya yang renta yang telah dibuatnya menderita karena kehidupannya….
Lirih mama meida mengijinkan dengan syaratnya….
Pagi itu…cerah…Semarang,kota yang telah memberi berjuta kenangan pahit dan getir untuk kehidupan Meida…menyambut kedatangan Meida…
Dengan menaiki sebuah bus kota,meida berangkat menuju kantor pengadilan agama….
“selamat pagi bu,saya bisa minta informasi tentang kasus perceraian Meida Larasati dan Bagas Prabowo..”
“tunggu sebentar bu..”
Jawab petugas PA….
“ibu siapa..?
“saya,Meida Larasati,istri bagas..”
“oh…kasusnya sudah putusan bu 5 bulan yang lalu”
“boleh saya minta akte cerai dan berita acara kasusnya bu..”
“silahkan bu Meida, tolong tanda tangani berkasnya,ini akte cerai dan berita acaranya..!!!
Dengan sedikit gemetar Meida menerima berkas – berkas itu….
Satu demi satu dengan muak Meida membaca keputusan itu…..
Lebih tepatnya kebohongan – kebohongan yang ada di berkas itu….
“pengadilan meluluskan permintaan penggugat 1 yaitu saudara bagas,dengan alasan istri sudah 2 tahun meninggalkan rumah tanpa ijin dan telah di cari melalui media massa tapi tidak tau keberadaannya”
“saya di lapas, dipenjara, saya korbankan hidup saya untuk suami saya…setahun pertama, bukankah suami saya masih sering datang mengunjungi saya..?”
“apa maksudnya dengan tidak tau keberadaan saya..???”
Meida berusaha protes kepada petugas pengadilan agama….
“tapi kami sudah beri 3 kali surat panggilan ke alamat ibu,dan ibu tidak tanggapi,jadi kami kira memang keberadaan ibu Meida tidak diketahui”
“bukankah di tempat tinggal saya ada RT/RW yang dengan jelas mereka mengetahui bahwa saat itu saya sedang berada di penjara..??
Para petugas diam…..
“saksi;1…ayuningtyas…status tetangga…”
Ayuningtyas itu bukan tetangga,tapi adik kandung bagas,dan bukankah saksi itu tidak diijinkan keluarga sedarah…??
“ayah bagas atau mertuaku bernama kartono,bukan budianto,kenapa ayuningtyas bin budianto,bukan bin kartono…??? kenapa saksi yang memalsukan identitas bisa diterima..??”
“ada permainan apa di kasus ini..bisakah kalian jelaskan kepada saya..??”
Meida sudah tidak bisa menahan gejolak amarah dan emosinya…
Harusnya orang – orang yang terkait dengan kebohongan
yang dipenjara…geram Meida merutuk…
bukan seorang ibu yang berusaha banting tulang untuk menghidupi suami dan anak – anaknya yang di cari – cari kesalahannya….
Kesal sekali Meida,apa lagi setelah berkas selanjutnya dibaca meida
“suami berkewajiban member nafkah lahir selama masa idah,sekurang kurangnya 3 bulan”
“suami wajib membagi harta bersama sebagai harta gono gini”
“uuuhhh boro – boro 3 bulan nafkah iddah,selama menikahpun, Meida yang selalu kerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka, boro – boro harta gono gini, rumah itu hasil keringat Meida dan sekarang justru ditempati bagas dan istri barunya….lelaki macam apa kamu bagas…??”
Berperang hati Meida….
“bu meida kalau tidak terima dengan putusan itu silahkan digugat balik”
Saran salah satu petugas…..
“bagaimana prosedurnya..?”
Tanya Meida…
Ahhhhhhh….ribet sekaliiii…ruwet…dan ujung – ujungnya uang…..
Meida belum bekerja….meida sudah tidak ingin lagi membebani bundanya juga keluarganya…
Meida pasrah….
Dengan mendekap map yang berisi akte cerai dan berkas – berkas yang memuakkan itu meida berjalan …pelan…di bahu jalan di trotoar dengan payung gerimis….
Trotoar itu..di teduhi rindangnya pepohonan,dijalan itu dulu…3 tahun yang lalu..tiap menjelang senja..meida bercengkrama sambil menyuapi anak – anaknya…
Masih terbayang jelas gelak tawa mereka….
Sekarang,sendirian Meida berjalan,perlahan airmata jatuh bercampur gerimis yang makin kerap memayungi kepedihan meida…
Dimana anak ku…
Kemana anak ku..
Kan kubongkar langit dan bumi…..
Mereka ada di hatiku……

………………………………………………………………………………………………………………………………

4 tahun sudah Meida menjanda..tanpa bisa menggugat balik apa pun..tanpa bisa bertemu anak – anak Meida….
Hingga satu hari meida kedatangan teman kerjanya…..
“mei..kamu kan udah pernah cerai,bagaimana prosedurnya”
“memang kenapa angga..”
“aku mau menggugat cerai istriku aku sudah tidak kuat hidup dengan istri yang tidak menghargai ibu ku”
“angga aku memang sudah pernah bercerai tapi aku tidak tau prosedur bercerai”
Angga  bengong…
“kok,bisa..”
“sudahlah angga…aku sudah males cerita,kebetulan aku tau no tlpn salah satu pengadilan agama,coba kita Tanya informasi kesana..”
Meida coba menghubungi no telfon tsb….
“hallo selamat pagi pengadilan agama”
“selamat pagi pak,saya butuh informasi pak ini ada teman saya yang mau bercerai bagaimana prosedurnya..?”
Dari seberang si petugas PA menjelaskan secara rinci…..
“penggugat/suami,mendaftarkan perceraian ke PA dengan membawa surat nikah dan ktp suami”
“ktp istri tidak pak..?”
“tidak usah ,ktp si penggugat saja,kalau yang menggugat suami ya ktp suami saja”
“o ya pak kalau boleh tau selanjutnya nanti bagaimana prosesnya”
“setelah pendaftaran cerai,2 minggu setelah itu ada panggilan untuk sidang,nanti ada mediasi yang fungsinya untuk mempertemukan istri dan suami,membicarakan masalahnya dan diupayakan tidak ada perceraian”
Meidia tertegun….kembali teringat perceraiannya…..
“pak,bisa tidak bapak kasih tau saya supaya mudah prosesnya,dan berapa biayanya”
“wah kalau soal biaya yang tidak resmi saya tidak faham mbak yang resmi sih Cuma rp.750.000 mbak,sudah dengan biaya sidang,tapi supaya mudah,palsukan aja alamat istri ,jadi saat surat panggilan sidang datang istri tidak akan tau kalau dia sedang digugat cerai,di kasih aja alamat fiktif,nanti kasih uang rokok RT/RW nya,minta mereka katakan memang istri beralamat disitu tapi tidak pernah pulang”
…ooooo…jadi waktu perceraianku itu,banyak pemain “uang rokok” di dalamnya….kesal meida….!
“kalu istri tidak datang maksimal berapa kali panggilan itu pak sidang bisa kelar..?”
“ya itu tergantung mbak,nanti panggilan ke 3 istri tidak datang,pengadilan meminta saksi,suruh saudara atau ibu suami aja mbak,tapi jangan bilang kalau ibu kandungnya,bilang saja tetangga”
“lho kan ada ktp nya pak,ga bisalah bohong..?”
Lugu meida membantahkan si petugas
“ah mbak semua kan bisa diatur”
Ck..ck…ck..ck…hepeng mangatur nagaraon…..mungkin itu kata opung….
“dan mbak kalau bisa istri tidak usah dikasih tau kalau mau dicerai jadi suami tidak perlu repot dengan permintaan istri yang pasti harta gono gini,kewajiban iddah dsb..”
Muallll…mualll….meida mendengar kata – kata sang bapak yang notabene punya istri itu…
“oke pak terimakasih,informasinya juga atas pembelajaran tentang alamat ghob juga perceraian ghoib dari bapak”
“sama – sama mbak,kalau males urus sendiri bayar pengacara aja mbak nanti tawar – tawaran harga,cepet itu urusnya”
Semakin mual meida…..
“makasih sarannya pak,o ya pak,apa bapak sudah bercerai…?”
“ah mbak ini,mbok jangan doakan  jelek mbak,saya tidak mau cerai kok”
“mbok cerai pak…buat bapak kan sangat mudah untuk mempermudah suatu perceraian,bapak kan sudah tau kuncinya juga cara – cara mengelabuhi tergugat,istri bapak….”
Seolah mengerti maksud kesinisan meida sang bapak hanya berkata dingin…..
“MAKASIH MBAK SARANNYA…….”
“sama – sama pak,dan besok lagi carilah cara perkawinan ghoib,alamat mempelai juga ghoib pak…biar enak bisa ganti – ganti pasangan..”
……………………………..kliiiiiiiiikkkkkkkkkkkkk…………………………….telpon tertutup……..
Angga diam,meida kembali duduk…sambil menatapi keluar jendela kamar kerjanya…di kejauhan terlihat tipis tabir mendung…..
Senja yang ranum…selalu diikuti mendung segaris…seperti hati meida…yang mendung oleh ranum rindu akan belahan jiwanya…..
“angga,jangan bercerai,tapi kalau kamu sudah tidak bisa mencintai istrimu dan kuat dengan kehilangan kebersamaanmu dengan anak – anakmu,cepatlah bercerai…jangan ditunda lagi..”
Perceraian tidak diharamkan hanya hal paling di benci Tuhan..
Namun kadang perceraian adalah jalan keluar terbaik untuk tidak saling menyakiti lebih lama…..




=================================================================
** Cerpen ini karya sahabatku… Titiek Flower Black (TFB) - Titiek Rohaye
Walau ini sekedar cerpen…tapi realitanya tidak sedikit kejadian hampir sama menimpa masyarakat kita. Betapa realitas kebobrokan beberapa oknum pemerintahan negri ini..yang sepertinya telah menjadi budaya dan menyatu menjadi sistem dalam melayani masyarakat…-mengelus dada-
Sampai kapan ya..mental mental seperti ini bisa di tebas habis….n mejadikan moral bangsa kita ini menjadi bangsa yang patut dibanggakan kembali..???
Semoga cerita diatas bisa dijadikan renungan hidup, syukur ada jalan keluar untuk menjadikannya lurus…Aamiin..

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.